Ada dua bibit tanaman yang
terhampar disebuah lading yang subuur. Bibit yang pertama berkata, “Aku ingin
tumbuh besar, aku ingin menjejakkan akarku dala-dalam di tanah ini. Aku ingin
membentangkan semua tunasku unutk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin
merasakan kehangatan matahari dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku…”
Bibit yang kedua bergumam, “Aku
takut jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu apa yang akan
kutemui dibawah sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan
tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan tunasku akan hilang? Tunasku ini
pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka, dan
siput-siput mencoba memakannya? Dan pasti jika aku tumbuh dan merekah, semua
anak kecil aka berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak! Akan lebih baik
jika kaku menunggu samapai semuanya nyaman…”
Beberpa pecan kemudian seekor
ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi dan mencaploknya
segera.
Memang selalu saja ada pilihan
dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun
seringkali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, kebimbangan yang
kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alas an-alasan untuk tak mau
melangkah, tak mau menghadapi hidup.
Hidup adalah pilihan, maka
hadapilah ia dengan gagah. Karena hidup adalah pilihan, maka pilihlah dengan
bijak.
Keep spirit!
Sepiring Motivasi untuk Sarapan
Pagi, JF Tualaka, Penerbit Jogja Great! Publisher
0 komentar:
Posting Komentar
sempatkan untuk berapresiasi ya....