Batik tulis tuh emang ribet
banget bikinnya, gak heran harganya pun memang mahal kalau dipasaran. Kita aja
lama buatnya, bahkan hingga berbulan-bulan. Dari mulai desainnya individu bikin
2 desain polos, dan 2 lagi yang berwarna si kertas gambar. Belum lagi untuk
yang perkelompok kami disuruh bikin 1 desain batik untuk 1 baju di kertas roti,
semacam polanya gitu. Lalu untuk kainnya harus dikanji dulu dan saat kami
melakukannya tangan kami lengket gara-gara kanji itu. Setelah kering pla dari
kertas roti kami pindahkan ke kain. Dan yang paling lama adalah saat kami
mendesain dengan menggunakan malam dengan mengikuti pola yang sudah
dipindahkan. Kami melakukannya setelah pulang sekolah ataupun sebelum
pengayaan/pemantapan ujian dimulai. Untuk memberikan malam pada kain pun harus
bolak-balik, bila hanya satu sisi saja maka hasilnyapun akan gagal. Sesudah itu
beberpa bagian diwarnai dengan pencampuran warna yang sudah ada dan ditambah
HCl. Bagian yang diwarnai tersebut ditimpa menggunakan malam. (arrgghhh… ribet
banget kan) Lalu barulah pewarnaan untuk dasar, dan yang ribetnya untuk
pewarnaan ini harus bawa ember besar ke sekolah. Untuk menjemur kainnya kami
diharuskan ikut berjemuh, huufftttt…. Harus panas-panasan waktu itu… Ini adalah
tugas akhir kesenian kami yang diberikan oleh guru kita tercinta yaitu Bu
Miskiah.
Banyak kejadian yang kadang kesel
dan ngenes juga sih kalau diingat. Dari mulai wajan buat memanaskan malam
hilang, canting yang mampet atau ada canting yang lubangnya terlalu besar,
malam yang terlalu panas, kompor yang harus nyarter dari kelas lain, kehilangan
sisa malam saat ujian sekolah, desain dengan malam yang gak rapih, pewarnaan
yang gak sempurna, harus berjemur saat pengeringan kain, kekurangan minyak tanah,
apalagi ya? Pokoknya banyak deh.
Oh iya saat yang tak terlupakan
adalah ketika salah satu kompor meledak dan minyak tanah yang menyembur kemana.
Dan kejadian saat hamper terjadi kebakaran dikelas. Beruntungnya kami karena
api yang diakibatkan dari kompor tersebut tak terlalu besar. Apa jadinya bila
saat itu tak ada air dan api semakin membesar, kelas kami bias saja terbakar.
Tapi Alhamdulillah masih ada Allah SWT yang menolong kami, dan kejadian itu tak
terjadi.
Awalnya banyak yang bergurau kami
itu bukan ngebatik, tapi ngebatin. Namun setelah kami menjalaninya sendiri
memang benar bukan hanya fisik saja yang membuat kami lelah, namun batin pun
terasa.
Banyak suka dan dukanya deh,
bahkan karena ngebatik itu pun kami merasa lebih dekat satu sama lain.
Ini beberapa gambar yang semapt aku abadikan ketika itu,
0 komentar:
Posting Komentar
sempatkan untuk berapresiasi ya....